Sabtu, 26 Desember 2009

Kasih Sayang


Apalah artinya perbedaan dibandingkan dengan banyaknya persamaan di antara kita. Bukankah kita sama membutuhkan sesuap nasi dan seteguk air demi memenuhi lapar dan dahaga? Kita juga sama-sama menangis kala sedih dan tertawa di saat gembira. Kita sama-sama gemetar sewaktu ketakutan melanda serta tergelak ketika kegembiraan menerpa. Kita sama-sama berkeringat dibawah terik matahari, dan menggigil ditelan dinginnya malam. Tidakkah kita melihat begitu banyak persamaan di antara kita sampai-sampai muskil menghitungnya?

Lalu mengapa secuil perbedaan yang dipicu oleh keinginana, hasrat dan nafsu menyangsikan semua kesamaan kita? Mengapa kita, seolah memiliki lebih banyak waktu untuk mengais-ais perbedaan menggoreskan garis pemisah, merancang bendera kami dan kau? Tidak cukupkah satu persamaan di antara kita memupuskan kegigihan untuk mempertahankan warna-warna itu : bukankah kita sama- sama membutuhkan kasih sayang?

Jumat, 25 Desember 2009

Kesempatan Terbaik


Kesempatan adalah waktu; karena ia hanya datang sekali. Kesempatan adalah peluang, karena anda dapat mengambil atau mengabaikannya. Kesempatan adalah keluasan; karena ia membuka jalan-jalna baru di masa depan. Dihadapan anda berjajar pintu-pintu kesempatan tak terhingga yang terbuka lebar. Anda hanya bisa memilih satu dan tak ada jalan kembali. Karenanya, putuskanlah yang terbaik bagi anda. Nasib tidak memihak pada siapa-siapa; melainkan pada keputusan anda.

Kata pepatah; matahari pagi takkan terbit dua kali untuk membangunkan orang yang tertidur nyenyak. Kesempatan pun takkan mengetuk dua kali agar anda membukakan pintu keputusan anda. Bila, toh ia datang lagi, ia menampakkan wajah yang berbeda. Dan , kesempatan terbaik yang anda miliki adalah hidup yang hanya sekali ini. Pergunakanlah bukan hanya sebaik-baiknya; namun yang terbaik-baiknya.

Rabu, 23 Desember 2009

Nikmatilah Hidup Ini !


Seberapa luas dunia yang anda ciptakan? Banyak orang hanya memiliki dunia seluas meja tulisannya, atau sepetak ruang kerjanya. Atau mungkin sebesar gedung kantornya saja. Pandanglah keluar. Tebarkan pandangan anda. Carilah ujung cakrawala. Nikmatilah cahaya matahari sore menemani perjalanan pulang anda kerumah. Dunia anda jauh lebih luas dari yang anda sangka. Ruang yang tersedia bukan hanya antara rumah dan ruang kerja anda. Anda di anugerahi lautan, pegunungan, hutan, mata air dan berbagai keindahan alam lainnya. Sadarilah bahwa semua ini tak kalah berharganya. Karena itu, jangan sia-siakan waktu anda untuk tidak melebur dengan keindahan yang tiada tara. Jangan ragu untuk meninggalkan pekerjaan anda. Esok masih ada. Kecuali anda mau menyesal karena di saat pandangan anda telah lamur, anda baru tersadar akan keelokan alam ini.

Perkerjaan anda bisa menunggu, tetapi tidak bisa ditunda. Tetapi jangan anda hidup hanya untuk bekerja dan anda tidak menikmati hidup ini beserta seluruh keindahan yang telah diciptakan Tuhan untuk anda nikmati. Umur anda tak akan pernah kembali. Waktu adalah anak panah yang melesat kencang. Anda tak mungkin mampu menghentikan atau melambatkannya. Selama waktu masih tersisia, tak perlu anda ragu untuk menikmati kehadiran anda di bumi ini. Ketika menyadari betapa itu semuan andapun menyadari betapa berharganya anda yang kecil ini di alam semesta yang maha luas ini. Kehadiran anda bagian dari ala mini. Hiduplah penuh keseimbangan.

Minggu, 20 Desember 2009

Cangkir yang Cantik


Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang – ulang. Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku kedalam perapian. Panas ! panas ! teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! aku berteriak.

Wanita itu berkata “belum !” lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia menusukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! hentikan penyiksaan ini ! sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Setekag benar benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaan diriku yang lalu sirna tatkala kulihat diriku.

Seperti itulah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidak lah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh kedalam berbagai macam cobaan, sebab anda tahu bahwa setiap ujian kita menghasilkan pengalaman dan menambah kekuatan hidup kita. Maka biarkanlah kekuatan dan pengalaman itu menjadi buah yang matang agar anda menjadi sempurna dan utuh tak kekurangan suatu apapun.”

Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena ia sedang membentuk anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua prose situ selesai, anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk anda.

Kamis, 17 Desember 2009

Orang yang Menghlangi Anda


Bagaimana bila ada seseorang sedemikian ngotot menghalangi anda mencapai sukses? Bagaimana bila orang itu juga yang selalu merintangi anda di setiap usaha? Bagaimana perasaan anda terhadap orang itu? Bagaimana kalau orang itu selalu muncul sambil membawa segudang alasan untuk menghalangi anda bertindak?

Bagaimana kalau ternyata orang itu adalah anda sendiri? Boleh jadi. Ada kemungkinan, diri sendiri adalah musuh terbesar anda dalam menghalangi sukses dan kegemilangan.

Pernahkah anda memergoki diri anda sendiri berkata “aku tidak mungkin bisa melakukan ini”…? Tidakkah suara kecil itu juga yang selalu merintangi tujuan anda, dan membawa berjuta-juta alasan bahwa ini-itu adalah mustahil bagi anda untuk melakukannya?

Keterbatasan yang anda miliki memang meminta anda untuk membatasi diri. Tetapi keputusan tetap di tangan anda.

Sedangkan suara kecil itu silahkan bicara apa saja.
Relakah anda dipenjara oleh keterbatasan? Tentu tidak. Bayangkan apa yang dapat anda capai bila anda 100% mendukung diri anda sendiri.

Silakan mencoba, dan mulailah kehidupan..

Rabu, 16 Desember 2009

Singkirkan Prasangka


Ketika anda memandang suatu persoalan, tanggalkan prasangka-prasangka. Prasangka itu bagaikan sepatu yang nyaman dipakai namun tak dapat digunakan untuk berjalan. Ia memberikan jawaban sebelum anda mengetahui pertanyaannya. Dan, seburuk – buruknya jawaban adalah bila anda tak paham akan masalahnya. Biarkan fakta yang tampak di hadapan anda, terima apa adanya. Jangan biarkan prasangka menyeret anda ke ujung jalan yang lain. Mungkin anda merasa aman dengan prasangka anda, namun sebenarnya ia berbahaya di waktu yang panjang. Bila anda telah mampu melepaskan prasangka, anda menemukan pandangan yang lebih jernih, keberanian untuk mengatasi masalah dan jalan yang lebih lebar.

Bila anda mengenakan kacamata, maka yang melihat tetaplah mata anda. Bukan kacamata anda. Dan keadaan yang sebenarnya terjadi adalah apa yang berada di balik kacamata. Bukan yang terpantul pada cermin kacamata anda. Demikian pula halnya dengan diri anda, yang sesungguhnya melihat adalah hati anda melalui mata anda. Prasangka itu adalah debu-debu pikiran yang mengaburkan pandangan hati sehingga anda tak mampu melihat dengan baik. Usaplah prasangka sebagaimana anda menyingkirkan debu dari kacamata karena keinginan anda untuk melihat lebih jelas dan jernih lagi.

Selasa, 15 Desember 2009

Sang Juara


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.
Ada anak seorang bernama Adi. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Adi lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobilnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil lainnya. Namun, Adi bangga dengan semua itu, karena, mobil itu buatannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap digaris start, untuk mendorong mobil mainan mereka kencang – kencang. Disetiap lintasan, telah siap 4 mobil dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah antara satu dengan yang lain.

Namun, sesaat kemudian, Adi meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam dengan tangan yang mengadah kelangit memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian ia berkata “Ya, aku siap!”

DORR.. tanda telah dimulai ascara balapan tersebut. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak – sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing “Ayo… ayo.. Cepatt..cepat..” begitu teriak mereka. Ahha.. sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun terlambai. Dan, Adi lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Adi. Ia berucap dan berkomat kamit lagi dalam hati. “Terima Kasih”.

Saat pembagian piala tiba. Adi maju kedepan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Adi terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Adi.

Ia lalu melanjutkan, “sepertinya tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya memohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah”. Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat terdengarlah suara gemuruh tepuk –tangan yang memenui ruangan.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Anak –anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan disbanding kita semua. Adi, tidaklah memohon Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Adi, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan untuk mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lain. Namun Adi, meminta kepada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi semua itu. Ia berdoa, agar diberikn kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan agar mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya.

Kita sering terlalu lemah, untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh.