Sabtu, 26 Desember 2009

Kasih Sayang


Apalah artinya perbedaan dibandingkan dengan banyaknya persamaan di antara kita. Bukankah kita sama membutuhkan sesuap nasi dan seteguk air demi memenuhi lapar dan dahaga? Kita juga sama-sama menangis kala sedih dan tertawa di saat gembira. Kita sama-sama gemetar sewaktu ketakutan melanda serta tergelak ketika kegembiraan menerpa. Kita sama-sama berkeringat dibawah terik matahari, dan menggigil ditelan dinginnya malam. Tidakkah kita melihat begitu banyak persamaan di antara kita sampai-sampai muskil menghitungnya?

Lalu mengapa secuil perbedaan yang dipicu oleh keinginana, hasrat dan nafsu menyangsikan semua kesamaan kita? Mengapa kita, seolah memiliki lebih banyak waktu untuk mengais-ais perbedaan menggoreskan garis pemisah, merancang bendera kami dan kau? Tidak cukupkah satu persamaan di antara kita memupuskan kegigihan untuk mempertahankan warna-warna itu : bukankah kita sama- sama membutuhkan kasih sayang?

Jumat, 25 Desember 2009

Kesempatan Terbaik


Kesempatan adalah waktu; karena ia hanya datang sekali. Kesempatan adalah peluang, karena anda dapat mengambil atau mengabaikannya. Kesempatan adalah keluasan; karena ia membuka jalan-jalna baru di masa depan. Dihadapan anda berjajar pintu-pintu kesempatan tak terhingga yang terbuka lebar. Anda hanya bisa memilih satu dan tak ada jalan kembali. Karenanya, putuskanlah yang terbaik bagi anda. Nasib tidak memihak pada siapa-siapa; melainkan pada keputusan anda.

Kata pepatah; matahari pagi takkan terbit dua kali untuk membangunkan orang yang tertidur nyenyak. Kesempatan pun takkan mengetuk dua kali agar anda membukakan pintu keputusan anda. Bila, toh ia datang lagi, ia menampakkan wajah yang berbeda. Dan , kesempatan terbaik yang anda miliki adalah hidup yang hanya sekali ini. Pergunakanlah bukan hanya sebaik-baiknya; namun yang terbaik-baiknya.

Rabu, 23 Desember 2009

Nikmatilah Hidup Ini !


Seberapa luas dunia yang anda ciptakan? Banyak orang hanya memiliki dunia seluas meja tulisannya, atau sepetak ruang kerjanya. Atau mungkin sebesar gedung kantornya saja. Pandanglah keluar. Tebarkan pandangan anda. Carilah ujung cakrawala. Nikmatilah cahaya matahari sore menemani perjalanan pulang anda kerumah. Dunia anda jauh lebih luas dari yang anda sangka. Ruang yang tersedia bukan hanya antara rumah dan ruang kerja anda. Anda di anugerahi lautan, pegunungan, hutan, mata air dan berbagai keindahan alam lainnya. Sadarilah bahwa semua ini tak kalah berharganya. Karena itu, jangan sia-siakan waktu anda untuk tidak melebur dengan keindahan yang tiada tara. Jangan ragu untuk meninggalkan pekerjaan anda. Esok masih ada. Kecuali anda mau menyesal karena di saat pandangan anda telah lamur, anda baru tersadar akan keelokan alam ini.

Perkerjaan anda bisa menunggu, tetapi tidak bisa ditunda. Tetapi jangan anda hidup hanya untuk bekerja dan anda tidak menikmati hidup ini beserta seluruh keindahan yang telah diciptakan Tuhan untuk anda nikmati. Umur anda tak akan pernah kembali. Waktu adalah anak panah yang melesat kencang. Anda tak mungkin mampu menghentikan atau melambatkannya. Selama waktu masih tersisia, tak perlu anda ragu untuk menikmati kehadiran anda di bumi ini. Ketika menyadari betapa itu semuan andapun menyadari betapa berharganya anda yang kecil ini di alam semesta yang maha luas ini. Kehadiran anda bagian dari ala mini. Hiduplah penuh keseimbangan.

Minggu, 20 Desember 2009

Cangkir yang Cantik


Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang – ulang. Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku kedalam perapian. Panas ! panas ! teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! aku berteriak.

Wanita itu berkata “belum !” lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia menusukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! hentikan penyiksaan ini ! sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Setekag benar benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaan diriku yang lalu sirna tatkala kulihat diriku.

Seperti itulah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidak lah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh kedalam berbagai macam cobaan, sebab anda tahu bahwa setiap ujian kita menghasilkan pengalaman dan menambah kekuatan hidup kita. Maka biarkanlah kekuatan dan pengalaman itu menjadi buah yang matang agar anda menjadi sempurna dan utuh tak kekurangan suatu apapun.”

Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena ia sedang membentuk anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua prose situ selesai, anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk anda.

Kamis, 17 Desember 2009

Orang yang Menghlangi Anda


Bagaimana bila ada seseorang sedemikian ngotot menghalangi anda mencapai sukses? Bagaimana bila orang itu juga yang selalu merintangi anda di setiap usaha? Bagaimana perasaan anda terhadap orang itu? Bagaimana kalau orang itu selalu muncul sambil membawa segudang alasan untuk menghalangi anda bertindak?

Bagaimana kalau ternyata orang itu adalah anda sendiri? Boleh jadi. Ada kemungkinan, diri sendiri adalah musuh terbesar anda dalam menghalangi sukses dan kegemilangan.

Pernahkah anda memergoki diri anda sendiri berkata “aku tidak mungkin bisa melakukan ini”…? Tidakkah suara kecil itu juga yang selalu merintangi tujuan anda, dan membawa berjuta-juta alasan bahwa ini-itu adalah mustahil bagi anda untuk melakukannya?

Keterbatasan yang anda miliki memang meminta anda untuk membatasi diri. Tetapi keputusan tetap di tangan anda.

Sedangkan suara kecil itu silahkan bicara apa saja.
Relakah anda dipenjara oleh keterbatasan? Tentu tidak. Bayangkan apa yang dapat anda capai bila anda 100% mendukung diri anda sendiri.

Silakan mencoba, dan mulailah kehidupan..

Rabu, 16 Desember 2009

Singkirkan Prasangka


Ketika anda memandang suatu persoalan, tanggalkan prasangka-prasangka. Prasangka itu bagaikan sepatu yang nyaman dipakai namun tak dapat digunakan untuk berjalan. Ia memberikan jawaban sebelum anda mengetahui pertanyaannya. Dan, seburuk – buruknya jawaban adalah bila anda tak paham akan masalahnya. Biarkan fakta yang tampak di hadapan anda, terima apa adanya. Jangan biarkan prasangka menyeret anda ke ujung jalan yang lain. Mungkin anda merasa aman dengan prasangka anda, namun sebenarnya ia berbahaya di waktu yang panjang. Bila anda telah mampu melepaskan prasangka, anda menemukan pandangan yang lebih jernih, keberanian untuk mengatasi masalah dan jalan yang lebih lebar.

Bila anda mengenakan kacamata, maka yang melihat tetaplah mata anda. Bukan kacamata anda. Dan keadaan yang sebenarnya terjadi adalah apa yang berada di balik kacamata. Bukan yang terpantul pada cermin kacamata anda. Demikian pula halnya dengan diri anda, yang sesungguhnya melihat adalah hati anda melalui mata anda. Prasangka itu adalah debu-debu pikiran yang mengaburkan pandangan hati sehingga anda tak mampu melihat dengan baik. Usaplah prasangka sebagaimana anda menyingkirkan debu dari kacamata karena keinginan anda untuk melihat lebih jelas dan jernih lagi.

Selasa, 15 Desember 2009

Sang Juara


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.
Ada anak seorang bernama Adi. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Adi lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobilnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil lainnya. Namun, Adi bangga dengan semua itu, karena, mobil itu buatannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap digaris start, untuk mendorong mobil mainan mereka kencang – kencang. Disetiap lintasan, telah siap 4 mobil dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah antara satu dengan yang lain.

Namun, sesaat kemudian, Adi meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam dengan tangan yang mengadah kelangit memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian ia berkata “Ya, aku siap!”

DORR.. tanda telah dimulai ascara balapan tersebut. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak – sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing “Ayo… ayo.. Cepatt..cepat..” begitu teriak mereka. Ahha.. sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun terlambai. Dan, Adi lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Adi. Ia berucap dan berkomat kamit lagi dalam hati. “Terima Kasih”.

Saat pembagian piala tiba. Adi maju kedepan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Adi terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Adi.

Ia lalu melanjutkan, “sepertinya tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya memohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah”. Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat terdengarlah suara gemuruh tepuk –tangan yang memenui ruangan.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Anak –anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan disbanding kita semua. Adi, tidaklah memohon Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Adi, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan untuk mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lain. Namun Adi, meminta kepada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi semua itu. Ia berdoa, agar diberikn kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan agar mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya.

Kita sering terlalu lemah, untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh.

Senin, 14 Desember 2009

Tips Berjabat Tangan yang Efektif


Berjabatan tangan sudah menjadi ritual dunia usaha. Mungkin anda menganggap tidak perlu dipikirkan panjang-panjang, tetapi tidak bagi orang yang sedang berjabatan dengan anda. Sikapnya dalam berjabatan menampilkan sebagian besar kesannya terhadap anda. Ingatkah anda bagaimana kesalnya anda bila berjabatan tangan dengan orang yang memberikan jabatan yang amat lemah lunglai atau sebaliknya terlalu keras bersemangat.

Jangan sampai anda dikategorikan sebagai orang yang tidak mengesankan baik saat berjabat tangan. Berikut ini ada beberapa teknik berjabat tangan yang diadaotasi dari Daily Tips, Deek McAleer, Dreamlife:

Tataplah mata lawan bicara anda saat berjabatan tangan dengannya. Tidak ada yang
lebih mengacuhkan selain jabatan tangan tanpa tatapan mata. Ini menunjukkan rasa tidak hormat atau tidak tertarik. Dengan menatap lawan bicara saat berjabatan, anda menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri.


Berjabat tanganlah dari telapak ke telapak. Jangan berjabat tangan dengan mempertemukan dari jari ke jari atau telapak ke jari. Dengan berjabat tangan dari telapak ke telapak akan meninggalkan perasaan yang tidak nyaman atau terluka.


Jangan terlalu akrab. Beberapa orang bertindak berlebihan dengan menarik tangan lawan dan secara keras mengayunkan ke atas ke bawah. Jabat tangan semacam ini sama dengan “mulut besar”. Bersikaplah percaya diri, jangan membuat orang lain kesal.


Sadarlah akan keterbatasan fisik seseorang. Orang jompo, cacat, atau penderita arthritis mungkin memiliki tulang yang lemah dan keterbatasan gerak. Melukai seseorang saat berjabat tangan mungkin malah akan menutup pintu, bukannya membuka pintu hubungan yang baik.



Ingatlah untuk menciptakan jabat tangan yang bermakna. Jika anda berjabatan tangan lalu dengan segera menarik tangan anda dan melanjutkan pembicaraan seolah – olah tidak terjadi apa – apa, maka orang akan menganggapnya sebagai jabatan tangan yang tak berarti dan tidak tulus. Berikan pada lawan anda beberapa saat untuk menunjukkan perhatian anda melalui kontak mata atau pembicaraan sebelum anda menarik tangan anda. Mereka akan merasa bahwa mereka sedang bertemu dengan orang yang layak.

Sabtu, 12 Desember 2009

Kekuatan dalam Bekerja



Bagaimana seseorang tahan berjam-jam bekerja seolah tak mengenla lelah? Apa pula rahasia pekerja rig lepas pantai yang meninggalkan anak istri bertarung dengan angin dan badai? Bagaimana juga dengan para petani, nelayan, kuli, sopir angkutan, pekerja berat yang tahan membanting tulang di tengah terik panas atau dingin malam? Kekuatan apa yang mendorong mereka begitu kuat secara fisik dan tangguh secara mental? Sedangkan di sudut yang lain, banyak orang yang mengeluh karena persoalan yang tak lebih besar dari ujung kuku.

Kekuatan itu bernama cinta. Cinta yang melahirkan harapan dan pengabdian bagi siapakah mereka mempersembahkan hasil kerja mereka, kepada keluarga yang jauh disana, kepada masyarakat banyak yang membutuhkan karya mereka, kepada masa depan kehidupan yang sejahtera, atau kepada hati tempat cinta itu mengalir.

Bila anda berkeluh kesah hanya karena harus memperpanjang waktu kerja anda beberapa jam saja, maka kenanglah punggung bungkuk seorang kakek yang menarik sampah kota ini. Beliau memiliki sesuatu yang ia cintai, yang kepadanya ia ulurkan kerja. Kepada beliau kita belajar tentang pengabdian atas nama cinta.

Jumat, 11 Desember 2009

Batu Besar dalam Hidup


Suatu hari seorang dosen sedang member kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri di depan kelas dan berkata, “Okay, sekarang waktunya untuk quiz”. Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Ia lalu mengisi ember tersebut dengan batu sebesar kepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember. Ia bertanya pada kelas, “Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?”

Semua mahasiswa serentak berkata, “Ya!”

Dosen bertanya kembali, “ Sungguhkah demikian?” kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil kerikil itu kedalam ember lalu mengocok – ngocok ember itu sehingga kerikil – kerikil itu turun kebawah mengisi celah – celah kosong diantara batu-batu tadi. Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas “Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?”

Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab “Mungkin tidak”

“Bagus selali”, sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah – celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, “Baiklah, apakah sekarang emberini sudah penuh?”

“Belum!” sahut kelas.

Sekali lagi ia berkata “Bagus. Bagus sekali!”. Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, “Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?”

Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, “maksudnya adalah, tak sepeduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya.”

“Oh, bukan” sahut dosen. “Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi ini mengajarkan pada kita bahwa : bila anda tidak memasukan “batu besar” terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya”

Apa yang dimaksud dengan “batu besar” dalam hidup anda? Anak –anak anda, pasangan anda, pendidikan anda, hal –hal penting dalam hidup anda, Mengajarkan sesuatu pada orang lain, melakukan pekerjaan yang anda cintai, waktu untuk diri sendiri, kesehatan anda, teman anda, atau semua yang berharga.

Ingatlah untuk selalu memasukkan “Batu Besar” pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisi dnegan hal – hal kecil (semacam kerikil atau pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karen dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.

Oleh Karena itu, setiap pagi atau malam , ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri sendiri: “Apakah Batu Besar dalam hdiup saya?” Lalu kerjakan itu pertama kali.

Kamis, 10 Desember 2009

Berlayarlah..


Anda adalah perahu yang kokoh dan sanggup menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan layar yang gagah menentang angin. Kesejatian anda adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai dan menemukan pantai harapan. Sehebat apapun perahu diciptakan, tak ada gunanya bila hanya tertambat di dermaga. Dermaga adalah masa lalu anda. Tali di penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan anda. Jangan buang percuma seluruh daya kekuatan yang dianugerahkan pada anda. Jangan biarkan masa lalu menambat anda disitu. Lepaskan diri anda dari ketakutan dan penyesalan. Berlayarlah. Bekerjalah .

Yang memisahkan perahu dengan pantai adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Di situlah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.

Perahu akan aman jika tertambat di dermaga, tapi bukan untuk itu perahu dibuat..

Paku


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk menancapkan paku dipagar belakang setiap kali dia marah.
Hari pertama anak itu telah menancapkan 48 buah paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah meahan amarahnya daripada menancapkan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari – hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “ Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang dip agar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata – katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada sesorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf luka itu akan tetap ada, dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik, atau bahkan terkadang lebih menyakitkan..”

Rabu, 09 Desember 2009

Ketekunan Adalah Ketekunan Anda


Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari usaha – usaha kecil yang anda lakukan terus – menerus. Keberhasilan bukanlah sesuatu yang turun begitu saja. Bila anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki ketekunan untuk tetap berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Anda harus tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di langkah pertama. Memang semakin jauh anda berjalan, semakin banyak rintangan yang menghadang. Bayangkan, andai saja kemarin anda berhenti, maka anda tidak berada disini sekarang. Setiap langkah menaikkan nilai diri anda. Apapun yang anda lakukan, jangan sampai kehilangan ketekunan anda. Karena ketekunan adalah daya tahan anda.

Pepatah mengatakan bahwa ribuan kilometer langkah dimulai dengan satu langkah. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari berbagai langkah kecil. Dan langkah pertama keberhasilan harus anda mulai dari diri anda sendiri. Bagian dari diri anda yang paling baik untuk memulai adalah hati anda. Itulah sebaik – baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali. Karena itu mulailah kemajuan anda dengan memajukan hati anda, kemudian pikiran anda dan usaha – usaha anda. Ketekunan akan hadir bila apa yang anda lakukan benar-benar berasal dari hati anda.

Selasa, 08 Desember 2009

Memberi Tanpa Pertimbangan


Cobalah untuk mengawali suatu hari anda dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tak terlalu berharga di mata anda. Mulailah dari uang receh. Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer disana – sini, hanya untuk satu tujuan :diberikan. Apakah anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan telinga. Atau anda sedang berada di dalam mobil AC yang sejuk, lalu datang sepasang tangan kecil mengetuk meminta –minta. Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.

Barangkali ada rasa enggan dan kesal. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis. Ingat, kali ini anda hanya sedang “berlatih” memberi; mengulurkan tangan dengan sejumlah uang yang mungkin tiada berarti? Rasakan saja, kini sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda. Sesuatu itu bernama kasih sayang.

Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. Arus sungai adalah rasa kasih sayang dari dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang anda berikan. Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati.

Mawar Untuk Ibu


Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya, sebagai penghibur ibunya yang sedang sakit. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis menangis tersedu-sedu. Pria itu bertanya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil , “Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya Cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu.”

Pria itu tersenyum dan berkata “ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau. “ Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memsankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang kerumah. Gadis itu melonjak gembira, katanya “ Ya tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?”

Kemudian mereka berdua menuju tempat yang ditunjukan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, dimana lalu gadis kecil tersebut meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal ini, hati pria tadi terenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

Dengan penuh kesadaran, sepanjang perjalanan pria itu menangis takut, dan berusaha secepat mungkin sampai ketujuan. Ia membayangkan kesempatan yang tidak akan pernah ia dapatkan lagi, jika ibunya telah tiada seperti gadis kecil tersebut. Maka ia memanfaatkan waktu dan kesempatan yang dimilikinya, untuk menghibur ibunya dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan orang lain atau toko pengantar bunga.

Senin, 07 Desember 2009

Misi Hidup dalam Sebuah Kerja


Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenakan di selasela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.

Hampirhampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, “bisa numpang makan dan beli sedikit sabun”. Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, “lalu bagaimana kulikuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.

Ah! Betapa cantiknya , bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orangorang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua diatas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tidak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut dan bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam kerja : menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.

Sabtu, 05 Desember 2009

Temukan Rasa Cinta Dalam Setiap Pekerjaan


Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang – orang yang bekerja disana. Rasakan kegembiraan pertemanan itu. Dan , pekerjaan apapun akan terasa menggembirakan. Bila tak bisa mencintai rekan kerja – rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor / kuliah anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas – tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dank e tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan menyenangkan juga. Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari lingkungan perkerjaan anda missal : gumpalan awan dibalik kantor, cicak di tembok, tanaman hias, foto di meja anda, dll. Apa saja..

Bila anda tak menemukan sesuatu yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda disitu? Tak ada alasan lagi bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa saja yang anda cintai dan bekerjalah disana. Hidup hanya sekali, tak ada yang lebih indah selain melakukan pekerjaan dengan rasa bahagia , cinta yang tulus, dan ikhlas.

Jumat, 04 Desember 2009

Garam dan Telaga


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung masalah. Langkahnya gontai dan air mukanya lusuh. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Paktua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini dan bagaimana rasanya.. “, ujar pak Tua itu.

“asin.. asiin sekali”. Jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu sedikit tersenyum, ia lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah”. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”

“segar.. “ sahut tamunya “apakah kau merasakan garam di dalam air itu?”. Tanya pak Tua lagi . “Tidak”, jawab si anak muda
Dengan bijak, pak Tua menepuk – nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, Bersimpuh di samping telaga itu . “anak muda dengarkanlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergatung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kau menampung segalanua. Jadi, jangan jadikan hatimu itu sesempit gelas, buatlah laksanan telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama- sama belajar hari itu, dan pak Tua, si orang bijak itu kembali menyimpan “segenggam garam”, unutk anak muda yang lain yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Kamis, 03 Desember 2009

Malaikat Pelindung


Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka ia bertanya kepada Tuhan. “Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungi ku disana?”.

Tuhanpun menjawab. “ diantara semua malaikat-Ku. Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu”. Si kecil bertanya lagi, “Tapi disini, disurga ini, aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua ini cukup mebuatku bahagia. Tuhan pun menjawab, “taka pa, malaikatmu itu akan selalu menyenandungkan lagu unutkmu, dan dia akan membuatmu bahagia. “ Namun, si kecil bertanya lagi, “bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika tak tahu bahasa yang mereka pakai?

Tuhanpun menjawab, “Malaikatmu itu, akan membisikanmu kata-kata yang indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia”. Si kecil bertanya lagi, “lalu bagaimana jika aku ingin berbicara padamu, ya Tuhan?”

Tuhanpun kembali menjawab, “malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia akan mnegadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk berdoa”. Lagi –lagi so kecil menyelidik “namun, aku mendengar, disana banyak sekali orang jahat, siapakah nanti ayang akan melindungiku?

Tuhanpun menjawab , “tenang, malaikatmu, akan terus melindungiu walaupun nyawa taruhannya. Dia sering melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu” Namun si kecil kini malah sedi, “Ya Tuhan tentu aku akan sedih bila tak melihat- Mu lagi.

Tuhan menjawab lagi, “malaikatmu, akan selalu mengajarkanmu keagungan-Ku, dan dia akan medidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat pada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk mengingat-Ku. Walau begitu, Aku akan selalu ada disisimu.”

Hening.. Kedamaianpun tetap menerpa surge. Namun, suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. “Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku… “

Tuhanpun menjawab “nama malaikatmu tak begitu penting. Tapi kamu akan memanggilnya dengan sebutan : Ibu…”

Rabu, 02 Desember 2009

Bersyukurulah


anda wajib mensyukuri apa pun yang menimpa anda. Bersyukur menuntun anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa anda tidak realistis. Namun, sebenarnya sikap anda jauh lebih realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan dan kesalahan.

Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias. tak ada yang meringankan hidup anda selain sikap bersyukur. Semakin banyak anda bersyukur semakin banyak anda menerima. semakin banyak anda mengingkari, semakin berat beban yang anda jejalkan pada diri anda. kebanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu mensyukurinya. Karena, anda takkan pernah berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah. Anda berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha anda lakukan karena anda melihat sisi posotif. Hanya dengan bersyukurlah sisi posotif itu tampak di pandangan anda.

Selasa, 01 Desember 2009

Tindakan Kita Sebatas Kita Memandang Dunia

Bila anda memandanbg diri anda kecil, dunia akan tampak sempit dan tindakan anda pun jadi kerdil.

Namun bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, andapun melakukan hal-hal penting dan berharga.

Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. sementara dunia tak lebih luas dari pikiran anda sendiri. itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif (positive thinking) pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan kebaikan yang ada dalam pikiran kita. padahal dunia tak butuh penilaian apa apa dari kita. Ia hanya memantulkan apa yang ingin kita lhat. ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri sendiri.

Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Terlebih dari itu semua, kita harus jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan, dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.