Kamis, 10 Desember 2009

Paku


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk menancapkan paku dipagar belakang setiap kali dia marah.
Hari pertama anak itu telah menancapkan 48 buah paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah meahan amarahnya daripada menancapkan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari – hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “ Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang dip agar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata – katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada sesorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf luka itu akan tetap ada, dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik, atau bahkan terkadang lebih menyakitkan..”

0 komentar:

Posting Komentar